Jember, MEMONUSANTARA.com Ribuan perawat yang ada di
Kabupaten Jember sejak pagi Sabtu, (23/11) sudah memadati Gedung Serba Guna
Komplek GOR Kaliwates Jember. Mereka menghadiri Seminar Nasional yang digelar oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) Kabupaten Jember.
Bupati Jember dr Hj Faida, MMR hadir langsung dan menjadi keynote speaker. Seminar tersebut mengusung tema “Peluang dan Tantangan Perawat di Era Revolusi Insdustri 4.0.”
Bupati Jember dr Hj Faida, MMR hadir langsung dan menjadi keynote speaker. Seminar tersebut mengusung tema “Peluang dan Tantangan Perawat di Era Revolusi Insdustri 4.0.”
Ada lebih 3.000 peserta seminar ini,
yang terdiri dari perawat dan mahasiswa calon perawat di Kabupaten Jember. Ada
juga perwakilan PPNI dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.
Jumlah peserta seminar ini mencatatkan
sejarah bagi PPNI, yakni sebagai seminar dengan peserta terbanyak sepanjamg
perjalanan PPNI.
Dalam kesempatan sambutan sekaligus
memberikan materi, bupati memulai dengan memaparkan kondisi perawat di
Kabupaten Jember. Mulai dari karir, pendidikan, maupun persebarannya di Jember.
Orang nomor satu di Jember ini juga
menyinggung keinginan para perawat untuk bisa bekerja di pusat kesehatan
seperti Puskesmas dan rumah sakit.
Bahkan bupati menyebut keinginan itu
berbuah persaingan di antara perawat. Padahal, menurut bupati, ada persaingan
lainnya yang harus disadari oleh bidan pada zaman sekarang.
Melalui tampilan di layar, bupati
menunjukkan persaingan perawat itu dalam bentuk layanan secara daring atau
online. Para perawat harus siap dengan persaingan di era revolusi industri 4.0
ini.
“Perawat harus siap dengan perubahan.
Bahkan harus berada di depan dalam perubahan. Perawat juga bisa menciptakan
lapangan pekerjaan,” kata bupati.
Meski demikian, bupati mengingatkan
bahwa ada yang tidak bisa digantikan secara daring, yakni sentuhan kemanusiaan.
“Komunikasi langsung dan sentuhan
langsung, tatapan wajah, dan hubungan kemanusiaan menjadi peluang bidan untuk
memberikan pelayanan sebaik-baiknya,” terangnya.
“Sentuhan kemanusiaan tidak bisa
digantikan dengan teknologi informasi,” tandasnya. “Ini jangan dihilangkan,”
imbuh perempuan berlatar belakang dokter ini.
Bupati juga menyampaikan, ke depan akan
memetakan persebaran perawat. Ke depan akan ditata satu desa satu perawat.
Program satu perawat ini juga untuk pusat kesehatan pesantren (Puskestren).
Dalam kesempatan itu, bupati juga
mengungkapkan adanya ratusan perawat yang telah lolos mengikuti program Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Hanya saja, juknis untuk PPPK ini belum
turun dari pusat. “Tapi kita sudah menyiapkan penganggaran untuk gaji mereka
yang akan di-SK-kan tahun 2020,” pungkasnya. (sug/ming)
Posting Komentar untuk "Era Revolusi Industri 4.0, Perawat Harus Siap Perubahan Zaman"