Jember, MEMONUSANTARA.com Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR., menyatakan saat ini
rasa kebangsaan kita sedang terganggu. Gangguan itu, salah salah satunya,
berasal dari hoax.
Demikian disampaikan Bupati Jember Faida
saat bertemu Ketua Suluh Kebangsaan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD.,
S.H., S.U., yang melakukan Jelajah Kebangsaan menggunakan kereta api, Kamis
(21/2).
“Begitu banyak orang yang menganggap
hoax itu adalah hal biasa. Namun, hal itu justru memecah belah bangsa dan
merusak etika berbudaya dan berbangsa,” ujarnya.
Bagi bupati, hoax adalah kata-kata yang
tidak bertanggungjawab, yang tidak bisa dibiarkan, tidak boleh dianggap remeh,
harus dilawan dan diluruskan.
“Orang harus cerdas membedakan yang mana
yang hoax, yang mana yang fakta,” katanya.
Jelajah kebangsaan, menurut bupati,
sangat bermanfaat untuk menjaga rasa kebangsaan dan persatuan negera kita. Jelajah
Kebangsaan sebenarnya tidak ada jadwal ke Jember. Namun, mampirnya tim ini,
menurut bupati sangat berarti bagi semua.
Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD.,
S.H., S.U., menyampaikan, poin penting perjalanan Jelajah Kebangsaan akibat
rasa risau karena pemilu yang biasanya disebut sebagai pesta justru bagi
sebagian orang dirasakan sebagai teror, bukan pesta.
“Karena terdapat orang yang saling
membenci dan saling melemparkan issue sehingga menimbulkan keresahan bagi
kelangsungan ikatan kebersatuan kita sebagai orang Indonesia,” terangnya.
Prof. Mahfud mengatakan, dilakukannya
penjelajahan kebangsaan ini untuk memberitahu kepada masyarakat supaya Pemilu
ini dimanfaatkan untuk mencari pemimpin dan wakil rakyat yang nantinya akan
diterima siapapun yang akan terpilih.
“Hentikan permusuhan-permusuhan itu
sampai dengan 17 April sore. Kalau sudah pencoblosan, tunggu saja. Siapapun
yang menang kita taati,” tuturnya.
Jika terdapat kecurangan ada
pengadilannya, ada MK. Sehingga kita hidup berpemilu ini, berdemokrasi,
dengan tertib. Jangan melempar hoax.
“Mari jadikan pemilu sebagai pesta
demokrasi. Pesta itu tidak ada yang menakutkan. Pesta itu selalu menyenangkan,”
ujarnya.
Pesta demokrasi itu memilih calon-calon
wakil kita sendiri, partai sendiri, dan pasangan menurut selera.
“Mari kita bersatu. Memilih pemimpin dan
wakil rakyat hanya lima tahun, sedangkan ikatan persaudaraan kita untuk
selamanya. Selama Indonesia masih ada, kita masih bersaudara sebagai
sesama anak bangsa,” pungkasnya. (sug/ming)
Posting Komentar untuk "Merawat Rasa Kebangsaan dengan Melawan Hoax"