Jember, MEMONUSANTARA.com Bupati Jember dr Hj Faida, MMR
mengundang sekitar 2 ribu mahasiswa calon penerima beasiswa dari Pemkab Jember.
Kali ini cukup istimewa, karena ribuan mahasiswa dari berbagai kampus itu
mendapat Kuliah Kebangsaan dari Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah bertajuk “Bung
Karno, Islam dan Pancasila”.
Ahmad Basarah
mengapresiasi langsung program bagus Bupati Faida soal 5 ribu beasiswa bagi
mahasiswa asli Jember dengan kriteria mahasiswa dari kalangan tidak mampu,
berprestasi serta yatim piatu.
“Kita acungi
jempol program Bupati Faida. Mahasiswa adalah aset bangsa, maka aset bangsa
juga adalah tanggungjawab negara, negara hadir dalam membentuk SDM, jiwa dan
raga untuk masa depan bangsa,” kata Ahmad Basarah.
Dalam kesempatan
itu, Ahmad Basarah berpesan dan mengingatkan kepada mahasiswa calon penerima
beasiswa, bahwa mereka adalah penerus bangsa yang saat ini harus bergelut
dengan pendidikan yang mencerdaskan dan sekaligus tantangan global seperti
disinformasi soal hoax yang berpotensi memecah belah bangsa.
“Seperti kata
Bung Karno, para mahasiswa, bercita-citalah setinggi langit, kalau engkau jatuh
maka diantara bintang-bintang. Seperti saya, cita-cita ingin jadi presiden,
jatuhnya wakil ketua MPR. Seperti Bu Faida bercita-cita menjadi menteri
kesehatan, jatuhnya jadi bupati Jember dulu. Jadi, mahasiswa sebagai aset
bangsa kedepan harus punya visi kebangsaan untuk Indonesia,” ujar Ahmad
Basarah.
Dalam Kuliah Kebangsaan
sekitar satu jam itu, Ahmad Basarah juga menyinggung soal Pilkada Jakarta 2017
lalu, yang disebut sebagai awal terjadinya peningkatan intensitas kampanye
berbasis politik identitas.
Isu yang
memanfaatkan sentimen suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) ini
dikhawatirkan bakal kembali terulang di Pilkada 2018 yang digelar serentak pada
akhir Juni tahun ini.
Sehingga untuk
mengatasi hal itu perlu upaya serius dari semua elemen bangsa, termasuk
mahasiswa, agar penggunaan politik identitas tersebut tak terjadi lagi, karena
berpotensi memecah belah keutuhan bangsa.
“Munculnya
politik identitas [bernuansa SARA] dalam Pilkada ini merupakan kemunduran 89
tahun [demokrasi] di Indonesia. Kenapa? Karena sejak Sumpah Pemuda,
pemuda-pemuda Indonesia sudah memikirkan tentang politik identitas. Dengan apa?
Dengan identitas ke-Indonesia-an. Itulah mengapa tema yang saya ambil tadi
adalah Persatuan Nasional,” kata Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah, usai
memberi kuliah kebangsaan terhadap 2.000-an mahasiswa di Aula PB Soedirman
Pemkab Jember, Jawa Timur, Minggu (15/4). Para mahasiswa ini adalah calon
penerima beasiswa dari pemkab setempat.
Menurut Basarah,
pada tahun 1928 kala itu, generasi muda Indonesia sudah memahami bahwa politik
identitas dapat menghancurkan bangsa. Karena hal itu membuat Belanda berhasil
memecah belah bangsa Indonesia dengan politik adu domba atau devide et impera.
Kesadaran para
pemuda inilah yang lantas mengilhami pemilihan Bahasa Melayu, yang kemudian
menjadi Bahasa Indonesia, sebagai bahasa pemersatu. Meskipun saat itu,
pelaksanaan Kongres Pemuda banyak dihadiri oleh Pemuda Jawa dan berada di Pulau
Jawa.
“Bahasa yang
dipilih itu Bahasa Melayu, bukan Bahasa Jawa. Kenapa? Karena mereka menyadari
Bahasa Melayu ini adalah bahasa perdagangan yang dapat membuat Bangsa Indonesia
menyatu dengan bahasa itu dan maju ke depan. Jadi kalau sekarang Pilkada
menggunakan politik identitas, maka peradaban politik kita mundur melampaui
tahun 1928. Dan ini yang harus kita peringatkan agar tidak terus dilanjutkan,”
jelas politisi yang juga menjabat Wakil Sekjen PDIP tersebut.
Dalam kuliah yang
juga dihadiri Dirjen Kumham Prof Widodo dan Direktur Puskapsi Unej Bayu Dwi
Anggono itu, Ahmad Basarah menegaskan, seharusnya pertarungan perebutan suara
dalam Pilkada harus diwarnai dengan adu gagasan dan program antar pasangan
calon yang dapat memajukan bangsa.
Bukan justru
mengeksploitasi isu-isu bernuansa SARA maupun politik uang. Sebab menurut dia,
kedua hal itu sangat bertentangan dengan semangat demokrasi yang tujuan
akhirnya untuk menyejahterakan rakyat.
“Isu SARA akan
berdampak panjang bagi kerusakan bangsa. Sedangkan money politic akan merusak
bangsa dalam jangka pendek, karena kepala daerah yang terpilih itu pada umumnya
terjerat kasus-kasus korupsi,” terangnya.
Lantas apa peran
mahasiswa untuk menangkal eksploitasi politik identitas yang memanfaatkan isu
SARA tersebut? Mengenai hal itu, pria 49 tahun ini meminta para mahasiswa untuk
lebih cerdas sehingga dapat membedakan setiap informasi yang diterima. Apakah
fakta atau fitnah, serta mana sesuatu yang bisa merusak bangsanya dan mana yang
dapat membangun bangsanya.
Oleh karena itu,
dia mengapresiasi program Bupati Jember, Faida, yang memberikan ribuan beasiswa
bagi mahasiswa asal kabupaten setempat. Karena menurut Basarah, program itu
merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanah
pembukaan UUD 1945.
Sebab dengan
kecerdasan yang dimiliki, segala macam upaya untuk memecah belah bangsa melalui
politik adu domba, berita hoaks dan fitnah itu bisa ditangkal.
“Jadi kata kunci
yang pertama adalah dengan kecerdasan para mahasiswa. Karena mereka adalah
calon-calon para pemimpin bangsa,” jelasnya.
Sementara itu,
Bupati Faida, menyatakan, sebagai calon pemimpin bangsa dan dunia, para
mahasiswa ini perlu mendapat suntikan semangat dari sejarah pendiri bangsa.
Oleh karenanya, Pemkab Jember menghadirkan Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah untuk
menyampaikan kuliah kebangsaan di hadapan mahasiswa tentang sejarah perjuangan
merebut kemerdekaan, juga upaya mempertahankan Indonesia dari berbagai ancaman
disintegrasi.
“Sehingga para
mahasiswa ini terlecut semangatnya. Dan ketika lulus nanti dapat bermanfaat
bagi keluarga, lingkungan, serta turut membangun daerah dan negaranya,” tuturnya.
Posting Komentar untuk "Wakil Ketua MPR Berikan Materi Kuliah Kebangsaan kepada Ribuan Mahasiswa"