Jember, MEMONUSANTARA.com Dalam rangkaian Kabupaten Jember menuju kota yang
welas asih, Irfan Amalee menyampaikan tentang sifat welas asih. Yaitu, memiliki
sifat empati.
“Melihat sesuatu bukan hanya dari
personal (diri sendiri), tetapi juga dari cara pandang orang lain. Itulah
empati,” kata Irfan dalam Compassionate School di Pendapa
Wahyawibawagraha.
Dengan memiliki sifat empati itu,
seseorang bisa lebih bijak melakukan sesuatu, untuk diri sendiri maupun untuk
orang lain.
Salah satu pendiri Yayasan Welas Asih
Indonesia ini menyampaikan, seperti dalam konsep golden
rule, “Lakukan sesuatu kepada orang
lain seperti kamu ingin orang lain memperlakukanmu”
“Itulah sikap empati. Di seluruh agama
ada. Jadi tidak egois. Tidak melihat dari dirinya sendiri, tetapi kacamata
orang lain,” tegasnya.
Materi tentang memupuk dan menanamkan
rasa empati sejak dini ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
tentang empati kepada guru-guru dan melatih sikap empati dalam kehidupan
sehari-hari.
“Bisa dijadikan budaya di sekolah. Bisa
juga meresap pada pembelajaran atau interaksi. Sehingga, welas asih membangun
sekolah dengan budaya yang sehat. Tidak ada buli, dan lebih empati,” katanya.
Dalam paparannya, Irfan Amalee
menampilkan sebuah gambar tentang empati, tentang melihat prespektif yang
berbeda.
“Cara pandang kita tidak selalu sama
dengan cara pandang orang lain. Kita harus menghargai cara pandang yang
berbeda. Itulah empati,” jelasnya lagi.
Salah seorang siswa peserta
Compassionate School asal SMP 1 Jember, Bonanza Aulia, tegas mendukung program
pemerintah untuk menjadikan Jember sebagai kota yang welas asih.
“Sangat bagus sekali. Di samping
meningkatkan akademik, Jember juga harus unggul dalam sifat dan wataknya, yaitu
yang welas asih dan berempati. Semua kota di Indonesia harus menerapkan kota
yang welas asih ini,” kata siswa kelas sembilan ini.
Ia mengaku dari kegiatan ini mendapat
banyak sekali pelajaran. Ia pun merasakan sebenarnya sebagai insan yang
mempunyai empati.
“Kita juga harus stop melakukan bullying, karena buli memiliki
dampak negatif yang dampaknya terasa hingga puluhan tahun,” katanya.
“Saya akan mengajak teman teman dalam
upaya compassionate school, yang menjadi awal mulanya Jember menjadi kota yang
welas asih, dan mengajak teman-teman saya untuk stop bullying dan meningkatkan
rasa empati sesama teman,” tuturnya.
Compassionate School yang berlangsung
pada Kamis, 14 November 2019, ini diikuti oleh peserta didik dari TK hingga
jenjang lanjutan atas dari sekolah yang terpilih untuk menjadi pilot project
Compassionate School di Jember.(sug/ming)
Posting Komentar untuk "Membangun Sekolah Welas Asih dengan Empati"