Jember, MEMONUSANTARA.com Indonesia
dilanda bom bunuh diri lagi yang terjadi di Polrestabes Medan, Sumut. Kejadian
ini menjadi bukti bahwa paham radikalisme berkembang di Indonesia, karena
pelakunya diduga oknum mahasiswa yang sangat mungkin telah di doktrin oleh
kalangan terorisme dan radikalisme.
Dari itu Darus Salam Centre (DSC) Education
and peace Institute menyarankan. agar pemerintah bersinergi dengan Non Government
Organization (GNO) yang bergerak di bidang pencegahan terorisme dan
radikalisme.
Pemerintah Indonesia harus
mengantisipasi ancaman Foreign Terrorist Fighters (FTF) yang
mengembangkan lewat gerakan doktrin ideologi. Pola rekrutmen FTF ini melalui majalah,
buku, medsos, pengajian di masjid, pengajian dilingkungan mahasiswa dan
rekrutmen jaringan teroris.
Foreign Terrorist Fighters (FTF) memiliki
doktrin "Firoqul Maut wal Ightiyaalaat" ( kelompok - kelompok pembawa
maut dan pembunuh senyap). Ightiyaalaat adalah operasi pembunuhan
mendadak terhadap sasaran tertentu yang menjadi lawan. Ightiyaalaat merupakan
operasi yang melibatkan sarana militer , tetapi inti utamanya adalah masalah
keamanan (Security).
Kalangan tetoris dan radikalis mudah masuk ke
Indonesia diantaranya karena Indonesia berpenduduk Islam terbesar di dunia,
sebagian memiliki pemahaman Islam yang leterlek, dangkal, sempit (fanatik),
faktor kemiskinan dan kebodohan, Adanya ketidakadilan dalam berbagai sektor
kehidupan, dan agresifnya gerakan radikal di Timur tengah yang di dukung dengan
kekuatan dana yang besar.
Untuk menghambat gerakan mereka maka
pemerintah harus bersinergi dengan NGO dengan cara meluruskan pemahaman tentang
Islam yang benar, damai, sejuk dan cinta kasih. Sejahterakan ekonomi umat
muslim, wujudkan keadilan di semua sektor (ekonomi, sosial, politik, dst),
optimalkan kemajuan tekhnologi IT untuk sebarkan ajaran Islam yang damai ,
saling menghargai , dan saling kasih, serta cegah umat Islam untuk
berjihad di negara konflik.
Selain dari itu perlunya mengembangkan
pemikiran : pertama ; Islam Rahmatan Lil Al-Amin . Bahwa *Laisa al-islamu
aqidah wa syari'ah faqath, wa lakinna al-islama dinu al-ilmi, wa al-tsaqafah,
wa dinu al-adabi, wa al-hadharah, wa dinu al-tamaddun wa al-insaniyyah*(Islam
bukan hanya agama teologi dan ritual ibadah saja, akan tetapi Islam adalah
agama pengetahuan, peradaban, budaya, dan agama kemanusiaan).
Kedua; pemikiran makna insaniyah bahwa manusia
bahasa arabnya Insan, dari anas, anis, Anisa, insan artinya harmoni, intim,
akrab, bersahabat, saling menyukai dan mencintai. Jadi Ikroh (Kekerasan),
Syiddah (radikal), tathartuf (ekstrim) dan irhab (teror) adalah musuh
insaniyah.
Ketiga ; warga negara Indonesia harus sepakat
bahwa NKRI dan Pancasila keputusan final yang wajib kita pertahankan. Jika
ikhtiar ini kita lakukan bersama - sama insya Allah Indonesia akan aman dan
damai.
Penulis Ketua
Darus Salam Centre (DSC) Education And Peace Institute (HM. Misbahus Salam)
Posting Komentar untuk "CEGAH RADIKALISME PEMERINTAH PERLU BERSINERGI DENGAN NGO "