Jember, MEMONUSANTARA.com Paham Radikal
menargetkan perpecahan kesatuan dan persatuan dalam masyarakat suatu bangsa
dengan memakan banyak korban. Sebagai contoh Indonesia dalam kurun waktu
belakangan disusupi berbagai cara agar selalu chaos.
Demikian disampaikan Komandan Kodim 0824
Jember Letkol Inf La Ode M Nurdin, SSos, MIPol saat memberikan paparan wawasan
kebangsaan dalam seminar Pendidikan dan Pembinaan sebagai Strategi Deradikalisasi
yang diadakan oleh Darus Salam Centre Educattion and Peace Institute di Daffam
Hotel Rabu (25/9).
“Kita tahu bersama beberapa waktu lalu di
Surabaya ada serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris yang dilakukan oleh
sekeluarga yang terpapar paham radikal,” ujarnya.
Masih kata mantan Dandim 0831 Surabaya Timur ini,
paham radikal tidak melihat siapa yang mereka rekrut. Yang dicontohkan pelaku
serangan di Polrestabes Surabaya sepasang suami istri dan anaknya yang masih
balita.
“Sacara logika kok bisa suami menyuruh istri
untuk ikut meledakkan bom. Ini bukan jihad, jihad tidak seperti ini, konyol namanya.
Kasihan anak-anaknya yang tak berdosa,” katanya.
Dandim berharap dengan program wawasan kebangsaan yang dilakukan oleh jajarannya,
yang masuk ke sector pendidikan dan pondok pesantren agar dapat menangkal paham
radikalisasi.
“Kami programkan one day one ponpes, satu
babinsa satu sekolah yang mengajarkan baris-berbaris dan wasbang, one day one
dhuafa, dan banyak lainnya. Semuanya untuk menciptakan kekuatan bersama menilak
paham radikal termasuk peran Kades/ Lurah serta RT dan RW di wilayah
masing-masing,” jelasnya.
Sementara itu akademisi Unej Dr. H. Agus
Luthfi, M.Si mengatakan bahwa radikalisme dan ekstrimisme merupakan entitas
berbahaya yang berpotensi menciderai persatuan dan kesatuan bangsa.
Maka upaya-upaya untuk membendung dan
membatasasi meluasnya faham radikal harus
dilakukan sejak dini dengan pendekatan
sinergi.
Masih kata calon Rektor Unej tersebut, jika hendak
meminimalisir dan membatasi penyebaran virus radikalisme dan eksrimisme,
terlebih harus mengidentifikasi penyebab
utamanya.
“Dalam konteks ini, kami melihat bahwa
radikalisme terjadi karena adanya pemahaman yang salah dan kesalah-fahaman
yang didesain,” tuturnya.
Bahwa
Deradikalisasi melalui proses Pendidikan dan Pembinaan merupakan cara
paling efektif yang fokus fungsinya adalah meluruskan pemahaman dengan
pendekatan keilmuan. Posisi pendidikan sebagai rumah deradikalisasi.
“Maka pendidikan harus menyuguhkan
konsep-konsep yang moderat, pendekatakan-pendaktan yang soft, terutama
yang berkaitan dengan relasi negara dan agama,” paparnya.
Bahwa prinsip deradikalisasi yang paling tepat
adalah mendahulukan pencegahan dari pada penindakan. Karena, terlepas dari
sikap-sikap radikal dan ekstrim yang dilakukan, kaum radikal dan
ekstrimis merupakan bagian dari kesatuan sosial.
“Sehingga, kita harus mengembalikan
mereka pada pemahaman moderat dan menjadi satu
kesatuan sosial masyarakat yang damai, toleran
dan berkeadaban,” ucapnya.
Ketua DSC Jember KH M Misbahus Salam, MPdI
berharap dengan kegiatan ini agar generasi muda dapat paham dalam memfilter
paham radikalisasi dengan pendekatan pendidikan serta pembinaan berkelanjutan.
Pantauana media ini hadir dalam seminar
tersebut tokoh masyarakat, Muslimat NU, Fatayat NU dan puluhan mahasiswa.
Posting Komentar untuk "Strategi Deradikalisasi dengan Pendidikan dan Pembinaan"